top of page
rioonighpawornie

Dialog drama dongeng sicantik dan siburuk rupa: Mengapa penampilan tidak selalu menentukan kebahagia



Cerita dongeng yang satu ini merupakan salah satu dongeng yang sudah sangat terkenal, lho. Mungkin parents sebenarnya sudah mengetahui kisah ini entah dari buku, orang lain, atau dari film yang sudah mengadaptasi kisah ini. Untuk kembali menyegarkan ingatan kalian tentang kisah ini, baca selengkapnya dalam artikel ini, ya!


Beauty and The Beast versi Prancis, atau La Belle et La Bete, yang dibuat sesuai cerita aslinya. Belle putri bungsu dari seorang saudagar yang terlilit hutang dengan saudara-saudari kandung yang tamak dan egois. (foto sumber: frenchculturalcenter.org) Kemudian, pada milennium baru, tepatnya sekitar tahun 2014, seolah hendak menunjukkan bahwa Beauty and The Beast itu aslinya dari Perancis, maka negeri ini pun membuat film versi layar lebarnya (walaupun bukan untuk pertama kali). Dibintangi Vincent Cassel sebagai pangeran buruk rupa dan Lea Seydoux sebagai Belle, film ini juga ingin menunjukkan cerita asli dongeng tersebut, bahwa Belle merupakan putri bungsu dari seorang ayah pedagang dengan saudara-saudari kandung yang serakah dan cenderung egois. Selain itu, para pelayan sang pangeran tidaklah seperti rekaan film versi Hollywood dengan tokoh Lumiere dan Congsworth, melainkan berupa makhluk-makhluk mungil nyaris tidak terlihat.




dialog drama dongeng sicantik dan siburuk rupa



Di episode ke-3 drama It's Okay to Not be Okay, Moon-young membahas cerita anak berjudul The Ugly Duckling di kelas sastra rumah sakit jiwa. Cerita mengenai anak itik buruk rupa yang menetas dari telur dengan rupa dan ukuran yang berbeda dari yang lainnya itu menuai beragam tafsir.Bagi salah seorang pasien, pesan moral dari cerita karangan penulis Denmark, Hans Christian Andersen, itu adalah jangan pernah membeda-bedakan anak meski ia berkelakuan atau berpenampilan buruk. Namun bagi Moon-young, membesarkan anak orang lain itu tidak ada gunanya, maka asuhlah anak sendiri!


Cerita anak The King Has Donkey Ears merupakan cerita rakyat Korea tentang seorang raja yang memiliki telinga mirip keledai. Kecuali kepada penata rambutnya, raja begitu menutupi rahasia mengenai telinganya. Namun penata rambut istana tidak sanggup menahan diri untuk mengungkapkan fakta itu meski sudah berjanji untuk menjaga rahasia raja.Pasien yang hadir di kelas sastra rumah sakit jiwa, pada episode ke-3 drama, tahu betul bahwa pesan moral cerita adalah kewajiban menepati janji dan menjaga rahasia. Namun Moon-young memiliki tafsir lain yakni bergosip di belakang orang lain dapat meredakan stres.


Di episode ke-8 drama terjadi perdebatan menarik antara seorang pasien rumah sakit jiwa, Ah Reum dengan Moon-young. Perdebatan itu berkisar pada tafsir atas cerita Beauty and The Beast atau si putri cantik dan pangeran buruk rupa.Bagi Ah Reum, si buruk rupa berubah kembali menjadi pangeran karena kekuatan cinta si putri cantik. Cinta sejatinya berhasil menundukkan kebuasan penampilan fisik si buruk rupa.Namun bagi Moon-young, cerita ini tak ubahnya seperti stockholm syndrome. Si buruk rupa yang awalnya tampak kasar, tiba-tiba berubah romantis saat melihat bulan penuh dan kemudian memikat hati si putri cantik. Saat itu, bagi Moon-young, si putri cantik sedang berdelusi bahwa hanya ia yang mampu mengubah si buruk rupa menjadi baik.


Ariel adalah nama tokoh dongeng The Little Mermaid. Ia merupakan putri duyung yang cantik dan baik hati. Sosok Ariel digambarkan sebagai putri duyung muda yang mandiri, keras kepala, dan teguh dalam pendiriannya. Ia juga rela berkorban demi orang yang dicintai.


Beauty and the Beast (1991), yang kisahnya diadaptasi dari dongeng tradisional asal Prancis, bisa dibilang, merupakan salah satu film animasi terbaik yang pernah ditelurkan oleh Walt Disney Studios. Meski sudah 26 tahun berlalu, para penonton masih ingat dengan nuansa magis yang disajikan oleh film musikal romantis tersebut.


Sementara itu, bagi Bill Condon, proyek film Beauty and the Beast versi live-action ini adalah sebuah tantangan besar. Menurutnya, versi film animasinya, yang dirilis pada 1991 dulu, merupakan karya yang sempurna. Oleh karena itu, sutradara dua seri terakhir The Twilight Saga: Breaking Dawn (2011-2012) tersebut dituntut untuk melebihinya. Serta membuat kisah dongeng dalam film ini menjadi lebih nyata.


Semua dongeng itu tentu cocok untuk klien Hian. Mereka merupakan bagian dari 0,01 persen penduduk Indonesia yang merancang hidupnya bak dongeng dan mampu membeli gaun-gaun indah. Chateau Fleur menjadi debut pembuktian yang menjanjikan bagi Hian meskipun sebagian besar siluet gaun itu tak baru-baru amat. 2ff7e9595c


1 view0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page